Status sosial ekonomi terdiri dari pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran, sosial ekonomi berkaitan dengan kemampuan memberikan makanan bergizi dan pelayanan kesehatan bagi keluarga. Asupan zat gizi makro merupakan salah satu penyebab langsung yang dapat mempengaruhi status gizi balita. Stunting menjadi masalah kesehatan di suatu daerah jika prevalensi stunting diatas 20% atau lebih, dikatakan serius jika 30% sampai 39%, dan serius jika prevalensi stunting >40%. Pada tahun 2020, berdasarkan data WHO, prevalensi stunting dunia sebesar 22% atau 149,2 juta orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi keluarga dan asupan zat gizi makro pada balita 24-59 bulan dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Sesenapadang. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 91 responden dengan menggunakan simple random sampling. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan formulir recall 2 x 24 jam. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar variabel sosial ekonomi keluarga dan asupan zat gizi makro dengan kejadian stunting mempunyai hubungan atau tidak ada hubungan, dengan p-value: 0,016 (Pendidikan ibu), p-value: 0,023 (Pendidikan ayah) . ), p-value: 0,384 (Pekerjaan orang tua) p-value: 0,002 (pendapatan orang tua), p-value: 0,036 (Pengeluaran), p-value: 0,003 (Asupan karbohidrat) p-value: 0,009 (Asupan lemak), p-value: 0,012 (Asupan Protein)