Penelitian ini menjelaskan tentang dinamika larangan ekspor biji nikel antara Indonesia dan Uni Eropa. Uni Eropa khawatir mengenai kebijakan yang di keluarkan oleh Indonesia, karena sebelumnya Indonesia akan memberlakukan larangan ekspor biji nikel pada tahun 2022 kemudian Indonesia mempercepat larangan ekspor biji nikel menjadi tahun 2020. Atas penerapan larangan tersebut Uni Eropa merasa dirugikan atas kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah Indonesia dan pada akhirnya Indonesia di gugat ke WTO. Sengketa antara Indonesia dan Uni Eropa masih dalam proses penyelesaian di WTO. Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa teori yang digunakan sebagai pendukung atau
perspektif yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan kerangka untuk analisis normatif untuk kasus berkelanjutan. Pemerintah Indonesia juga sudah siap dalam mengahadapi gugatan-gugatan yang diberikan oleh Uni Eropa dan telah mempersiapkan berkas atau data untuk memicu Indonesia dapat memenangkan sengketa tersebut, dan tahap mekanisme penyelesaian sengketa yang telah ditempuh oleh kedua negara tersebut masih dalam tahap konsultasi. Kemudian WTO mengeluarkan keputusan yang mengemukakan bahwasahnya Indonesia dinyatakan
kalah dalam gugatan Uni Eropa karena Indonesia dinyatakan melanggar Pasal XI:1 GATT 1994 dan Pasal 3.1 b) ASCM. Jadi Pembatasan Ekspor yang di ajukan oleh Indonesia tidak dapat diberlakukan.