Diare merupakan penyakit dimana jumlah buang air besar meningkat, tiga kali atau lebih dalam sehari, dan konsistensi tinja dari lembek sampai mencair. Tahun 2023 penderita diare di pukesmas Totoli dan Banggae I merupakan kasus tertinggi sebanyak 650 kasus sehingga perlu ditangani, penanganan diare dapat menggunakan terapi farmakologi seperti, zinc dan oralit serta terapi non farmakologi antara lain daun jambu biji, daun sirih, dan madu. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh pemberian madu dan oralit terhadap penurunan frekuensi diare pada balita di wilayah kerja puskesmas totoli dan banggae I. Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif quasi eksperimen dengan pendekatan pre-test-post-test kontrol group design dan pengambilan sampel Non-probability sampling menggunakan tehnik purposive sampling sebanyak 32 resaponden. Dengan menggunakan Analisis uji wilcokson diperoleh nilai signifikan pemberian madu dan oralit adalah 0.000 (0.05) serta konsistensi feses nilai signifikansinya adalah 0.973 (>0.05). Kesimpulannya, ada pengaruh pemberian madu dan oralit untuk menurunkan frekuensi diare pada balita.