Penelitian ini membahas masalah kesepakatan nuklir Iran dengan negara 5P+1 yang disepakati pada tahun 2015 pasca keluarnya Amerika Serikat pada tahun 2018 dibawah pemerintahan presiden Donald Trump. Sejalan dengan itu
peneliti akan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu bagaimana peluang dan tantangan pemulihan kesepakatan nuklir Iran pada era presiden Joe Biden. Penelitian ini menggunakan konsep kebijakan luar negeri, Rezim Internasional, dan Nuclear Detterence untuk membantu menghubungkan dengan fakta yang diperoleh mengenai tindakan Amerika Serikat menyikapi program nuklir Iran. Peneliti memperoleh data menggunakan library reseach
yaitu memperoleh data melalui studi pustaka kemudian analisis data menggunakan metode kualitatif dalam menggambarkan fakta yang ada. Hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan adanya keseimbangan antara upaya dan tantangan pemulihan kesepakatan nuklir Iran 2015. Peluang pemulihan kesepakatan nuklir Iran 2015 pada era presiden Joe Biden antara lain kembalinya pembicaraan kesepakatan nuklir Iran ke meja perundingan, dukungan dan desakan dari negara 5P+1 untuk ke kembali pada kesepakatan, dan adanya kerjasama baru antara IAEA dan Iran disamping itu tantangan terhadap pemulihan kesepakatan nuklir Iran 2015 adalah adanya dukungan Israel sebagai sekutu Amerika Serikat di kawasan timur tengah untuk tidak kembali pada kesepakatan nuklir Iran 2015, syarat yang diberikan Iran diluar dari cakupan pembicaraan, adanya ketergantungan Rusia terhadap Iran dalam membantu perang ukraina dan kurangnya kepercayaan Iran terhadap pemerintahan baru Amerika Serikat.