Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas dua metode pengajaran bahasa Inggris: metode cerita rakyat dan metode konvensional, terhadap hasil belajar siswa. Sampel penelitian terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diajar dengan metode cerita rakyat dan kelompok kontrol yang diajar dengan metode konvensional. Data hasil belajar siswa dianalisis menggunakan uji Independent Samples t-test, sementara persepsi siswa terhadap metode ajar diukur melalui angket. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
signifikansi (Sig.) dari Levene's Test for Equality of Variances adalah 0,767 (p > 0,05), yang mengindikasikan bahwa varians kedua kelompok adalah homogen. Berdasarkan hasil uji t-test, diperoleh nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,006 (p < 0,05). Nilai ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan secara statistik pada rata-rata hasil belajar antara kedua kelompok. Rata-rata perbedaan (Mean Difference) sebesar -17,333 menunjukkan bahwa kelompok yang diajar dengan metode cerita rakyat memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok yang diajar dengan metode konvensional. Selain itu, hasil angket persepsi siswa menunjukkan bahwa 72,3% siswa memiliki persepsi positif terhadap penggunaan metode cerita rakyat dalam pembelajaran bahasa Inggris. Temuan ini menguatkan hasil uji statistik, menunjukkan bahwa metode cerita rakyat tidak hanya efektif secara akademik,
tetapi juga diterima dengan baik oleh siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran bahasa Inggris menggunakan cerita rakyat lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan memiliki persepsi yang baik dari siswa
dibandingkan dengan metode konvensional.
This study aims to compare the effectiveness of two English languageteaching methods: the folktale method and the conventional method, on student learning outcomes. The research sample consisted of two groups, an experimental group taught with the folktale method and a control group taught with the conventional method. Student learning outcome data were analyzed using an Independent Samples t-test, while student perceptions of the teaching method were measured through a questionnaire. The results of the analysis showed that the significance value (Sig.) of the Levene's Test for Equality of Variances was 0.767 (p > 0.05), which indicates that the variances of the two groups are homogeneous. Based on the t-test results, a significance value (2-tailed) of 0.006 (p < 0.05) was obtained. This value indicates a statistically significant difference in the mean learning outcomes between the two groups. The Mean Difference of -17.333 shows that the group taught with the folktale method had a significantly higher mean learning outcome compared to the group taught with the conventional method. Furthermore, the results of the student perception questionnaire showed that 72.3% of students had a positive perception of the use of the folklore method in Englishlanguage learning. This finding reinforces the statistical results, demonstrating that the folklore method is not only academically effective but also well-received by students. In conclusion, the English language teaching method using folktales is more effective in improving student learning outcomes and is better perceived by students compared to the conventional method. This study recommends the use of the folklore method as an effective alternative to enhance English language learning in schools.