Kesetaraan gender merupakan hak asasi manusia yang paling mendasar dibutuhkan oleh setiap kalangan masyarakat. Akan tetapi, permasalahan ketimpangan gender masih menjadi persoalan di berbagai negara, salah satunya adalah Jepang. Ketimpangan gender yang terjadi di Jepang diakibatkan karena budaya masyarakat yang bersifat partiarki. Permasalahan tersebut menyebabkan terbatasnya ruang gerak bagi kaum perempuan dalam dunia publik. Dengan demikian, Perdana Menteri Shinzo Abe di masa pemerintahannya yang kedua tahun 2013-2020 berupaya mendorong meningkatkan kesetaraan gender bagi perempuan dengan mengadopsi sebuah kebijakan yang disebut dengan istilah Womenomics. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya Shinzo Abe dalam mewujudkan kesetaraan gender melalui Womenomics di Jepang serta mengetahui kendala Jepang dalam mewujudkan kesetaraan gender bagi kaum perempuan. Tipe penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data berbasis dokumen dan berbasis internet. Jenis data sekunder dan metode penelitian kualitatif. Landasan teori yang digunakan adalah feminisme liberal dan konsep Womenomics. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, Jepang telah berhasil meningkatkan angka kesetaraan gender bagi kaum perempuan diluar pekerjaan domestik rumah tangga sebanyak 80% di tahun 2020. Meski demikian, ada beberapa tantangan yang mengahambat kesetaraan gender di Jepang dalam lingkungan kerja seperti perlakuan matahara, beban ganda, norma tradisional, dan wabah penyakit.